ekspor ri

Ekspor RI Anjlok 12%! Apa Strategi Pemerintah di Tengah Perlambatan Global?

Tren Terbaru Ekspor Indonesia

Pada kuartal kedua 2025, ekspor RI tercatat anjlok sebesar 12% year-on-year, menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS). Penurunan ini menjadi yang paling tajam sejak kuartal ketiga 2020 saat pandemi global memuncak.

Kontraksi ekspor ini tak hanya berdampak pada neraca dagang, tetapi juga mempersempit ruang fiskal dan mengancam stabilitas sektor manufaktur berbasis ekspor.

Faktor Global Pemicu Penurunan

Ada beberapa faktor global yang menjadi pemicu penurunan ekspor RI:

  • Perlambatan ekonomi Tiongkok dan Amerika Serikat, dua mitra dagang utama Indonesia

  • Penurunan harga komoditas global, seperti batu bara dan logam industri

  • Fluktuasi kurs rupiah, yang memengaruhi daya saing harga ekspor

  • Kebijakan proteksionisme dari negara mitra dagang

Di sisi lain, konflik geopolitik global dan kebijakan moneter ketat dari bank sentral negara maju turut menekan perdagangan internasional secara keseluruhan.

Strategi Pemerintah untuk Menahan Laju Penurunan

Menanggapi anjloknya ekspor RI, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyusun beberapa langkah strategis:

  1. Diversifikasi pasar ekspor
    Pemerintah memperluas jangkauan ekspor ke negara-negara nontradisional seperti Bangladesh, Brasil, dan negara-negara Afrika Timur.

  2. Promosi produk hilirisasi
    Fokus diarahkan pada produk bernilai tambah seperti baja tahan karat, kimia dasar, dan hasil perkebunan olahan.

  3. Peningkatan fasilitas ekspor
    Melalui pembiayaan LPEI, asuransi ekspor, dan simplifikasi prosedur bea cukai.

  4. Insentif untuk eksportir UMKM
    Pemerintah juga mendorong ekspor berbasis komunitas dan digitalisasi UMKM agar mampu menembus pasar global.

Langkah-langkah ini diharapkan bisa memperkuat daya tahan ekspor nasional, sekaligus memperluas basis pasar luar negeri yang lebih beragam.

Apa yang Perlu Diwaspadai Investor dan Pelaku Usaha?

Penurunan ekspor RI ini menjadi sinyal penting bagi pelaku usaha dan investor. Ada beberapa hal yang perlu diantisipasi:

  • Tekanan pada laba perusahaan berbasis ekspor

  • Risiko pelemahan rupiah jika neraca perdagangan terus mencetak defisit

  • Keterbatasan ruang fiskal pemerintah akibat potensi penurunan penerimaan negara

Namun di balik tantangan tersebut, terbuka pula peluang baru. Pasar alternatif yang sebelumnya kurang digarap kini bisa menjadi sumber pertumbuhan baru, terutama untuk sektor pertanian, digital, dan produk hijau.

Penurunan ekspor RI sebesar 12% menjadi pengingat keras bahwa ketergantungan pada pasar dan komoditas tertentu harus segera diakhiri. Dengan reformasi perdagangan yang progresif dan dukungan konkret bagi eksportir, Indonesia masih punya peluang untuk bangkit di tengah perlambatan global.

📈 Tantangan Ekspor Jangka Menengah: Ketergantungan & Efisiensi

Salah satu tantangan mendasar dari ekspor RI adalah tingginya ketergantungan terhadap komoditas mentah. Meski sektor hilirisasi sudah mulai dikembangkan, kontribusinya terhadap total ekspor masih terbatas. Produk seperti batu bara, kelapa sawit, dan bijih nikel masih mendominasi struktur ekspor nasional.

Masalah efisiensi logistik juga menjadi sorotan. Biaya pengiriman internasional dari pelabuhan di luar Pulau Jawa masih tinggi karena keterbatasan infrastruktur dan konektivitas antarwilayah. Hal ini menyebabkan produk ekspor Indonesia kurang kompetitif dibandingkan negara lain seperti Vietnam atau Malaysia.

Untuk mengatasi ini, pemerintah menargetkan percepatan proyek tol laut dan integrasi pelabuhan dengan kawasan industri ekspor. Rencana digitalisasi sistem logistik nasional (SISLOGNAS) juga terus dikebut untuk memangkas waktu dan biaya ekspor.

🧠 Peran Sektor Swasta dan Teknologi

Di tengah tekanan global, sektor swasta juga mulai mengambil inisiatif. Banyak eksportir kini beralih ke model bisnis berbasis e-commerce lintas negara (cross-border), terutama untuk produk kreatif, fesyen muslim, makanan olahan, dan kerajinan tangan.

Platform seperti Alibaba, Amazon Global Selling, dan Tokopedia Ekspor dimanfaatkan untuk menjangkau konsumen luar negeri tanpa harus membuka jalur distribusi konvensional. Teknologi digital juga dipakai untuk riset pasar, pengujian produk, dan branding.

Langkah ini menjadi solusi jangka menengah untuk memperluas basis ekspor nonkomoditas, terutama oleh UMKM yang selama ini kurang terlibat dalam arus perdagangan internasional.


🛡️ Outlook ke Depan: Adaptif atau Tertinggal?

Dengan melihat tren saat ini, ekspor RI diperkirakan masih akan menghadapi tekanan di kuartal ketiga 2025. Namun demikian, arah kebijakan pemerintah yang proaktif, dikombinasikan dengan adaptasi sektor swasta, bisa menjadi penopang pemulihan di semester kedua.

Kunci keberhasilan ada pada tiga hal:

  1. Reformasi struktural ekspor untuk meningkatkan nilai tambah

  2. Efisiensi logistik dan sistem pendukung ekspor

  3. Kolaborasi pemerintah dan swasta untuk penetrasi pasar baru

Jika ketiganya dijalankan dengan konsisten, maka penurunan ekspor bisa ditekan, bahkan membuka peluang bagi pemulihan lebih cepat.

Ikuti terus perkembangan sektor ekspor dan arah kebijakan dagang nasional hanya di BNMNews – Pilar Informasi Finansial Tepercaya.