Lompat ke konten

Peran CSR dalam Transisi Energi Bersih: Saatnya Bisnis ‘Hijau’ Beneran

Jakarta, 2 November 2025 — Perusahaan besar hingga skala menengah di Indonesia kini menghadapi tekanan lebih kuat untuk mengubah program tanggung jawab sosial (CSR) menjadi langkah nyata dalam transisi menuju energi bersih. Dari target bauran energi terbarukan yang belum tercapai hingga meningkatnya harapan konsumen, CSR kini bukan lagi “tambalan” citra — tapi bagian dari strategi bisnis utama.

Mengapa CSR Sudah Tidak Bisa Sekadar “Logo dan Donasi”

Laporan terbaru menunjukkan bahwa bauran energi terbarukan (EBT) di Indonesia masih berjalan lambat dan diperkirakan hanya mencapai sekitar 13-14 % tahun 2025, jauh dari target 23 %. :contentReference[oaicite:1]{index=1}
Dalam kondisi ini, perusahaan yang hanya menjalankan CSR ala kadarnya rentan dianggap sebagai “hijau kosmetik”. Oleh sebab itu, CSR energi bersih muncul sebagai arena baru reputasi dan daya saing bisnis.

Regulasi & Publik Menuntut Lebih

Pemerintah melalui berbagai kebijakan mendorong pengembangan energi terbarukan dan pengurangan bahan bakar fosil. Namun di lapangan, hambatan-struktur seperti subsidi batu bara dan tarif yang kurang kompetitif untuk EBT masih menjadi penghalang. :contentReference[oaicite:2]{index=2}
Sementara itu, konsumen dan investor mulai melihat aspek ESG (Environmental, Social, Governance) sebagai bagian penting dalam memilih perusahaan untuk berinvestasi atau membeli produk.

Contoh Program CSR yang Mulai Mengarah ke Energi Bersih

Program Efisiensi Energi Telkom Indonesia

Pada Hari Bumi 2025, Telkom Indonesia mengumumkan alokasi dana sekitar Rp 57 miliar untuk program efisiensi energi, seperti penggantian lampu LED, peremajaan refrigeran, dan kampanye hemat energi internal. :contentReference[oaicite:4]{index=4}
Ini menunjukkan bahwa program CSR bisa berbentuk investasi internal yang berdampak langsung terhadap keberlanjutan operasional perusahaan.

Kolaborasi Infrastruktur & Komunitas

Di sektor energi, laporan Institute for Essential Services Reform menyebut bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil (≈ 81 % listrik nasional) dan hanya sebagian kecil berasal dari EBT — hal ini membuka peluang bagi perusahaan yang berani masuk ke ranah CSR energi bersih dengan program nyata. :contentReference[oaicite:6]{index=6}
Contohnya, sebuah perusahaan layanan keuangan mungkin bisa menyalurkan CSR-nya untuk proyek PLTS (panel surya) di komunitas terpencil, sekaligus memberikan edukasi dan pemberdayaan lokal.

Baca Juga : Indonesia Menuju Ekonomi Digital 2030: Antara Regulasi dan Inovasi

Tantangan yang Masih Harus Dihadapi

  • Integrasi CSR ke strategi inti bisnis masih rendah; banyak program masih bersifat “proyek satu-kali”.
  • Kurangnya metrik standar dan transparansi untuk mengukur dampak CSR terhadap keberlanjutan. Banyak data bersifat umum atau tidak diverifikasi secara publik.
  • Hambatan eksternal seperti regulasi, subsidi energi fosil, dan infrastruktur belum sepenuhnya mendukung transisi energi bersih. :contentReference[oaicite:7]{index=7}

Peluang Besar Menanti Perusahaan

Bagi perusahaan yang bergerak cepat, mengaitkan CSR dengan energi bersih bisa membuka beberapa keuntungan:

  1. Meningkatkan reputasi merek di mata konsumen dan investor yang makin peduli isu keberlanjutan.
  2. Potensi efisiensi biaya operasional melalui pengurangan konsumsi energi dan perubahan ke teknologi lebih bersih.
  3. Membuka jalur kerjasama dengan pemerintah, komunitas lokal, dan donor internasional yang mendukung proyek energi bersih.

Tips Praktis Memulai CSR Energi Bersih untuk Perusahaan

  1. Identifikasi area operasi yang paling banyak menyerap energi atau menghasilkan emisi — misalnya pabrik, kantor pusat, atau distribusi.
  2. Tetapkan target konkret: misalnya “mengurangi konsumsi energi sebesar X % dalam 3 tahun” atau “memasang panel surya sebesar Y kWp di fasilitas Z”.
  3. Libatkan komunitas lokal dan pemangku kepentingan sejak awal agar program relevan dan berkelanjutan.
  4. Lakukan pelaporan terbuka: publikasi hasil, tantangan, dan rencana perbaikan agar program tidak dianggap hanya pencitraan.
  5. Evaluasi dan terus kembangkan: CSR energi bersih bukan proyek sekali jadi — tetapi harus menjadi bagian dari transformasi bisnis.

Kenapa Ini Penting Bagi Pembaca dan Investor

Untuk pembaca umum: memilih produk atau jasa dari perusahaan yang menjalankan CSR energi bersih berarti ikut mendukung lingkungan dan masa depan yang lebih baik.
Untuk investor: perusahaan yang memiliki strategi keberlanjutan cenderung lebih tangguh terhadap perubahan regulasi, tekanan reputasi, dan fokus global terhadap ekonomi hijau — sehingga bisa menjadi pilihan investasi yang lebih aman.

Artikel ini disusun secara independen berdasarkan berbagai laporan dan publikasi terbaru. Semua konten adalah orisinal.

Last Updated on 2 November 2025 by BNM News

Exit mobile version