Langkah Mengejutkan dari China
Pemerintah China resmi menghentikan ekspor rare earth—sekelompok logam tanah jarang yang krusial untuk industri teknologi tinggi—per 1 Juli 2025. Keputusan ini diambil dalam rangka memperkuat kontrol domestik atas cadangan strategis dan sebagai respons atas meningkatnya tensi geopolitik dengan negara Barat.
China selama ini memasok lebih dari 60% kebutuhan rare earth global, menjadikan langkah ini sebagai guncangan besar dalam rantai pasok teknologi global.
Dampak Global atas Penghentian Ekspor Rare Earth
Langkah ini langsung memicu lonjakan harga beberapa elemen penting seperti neodymium, dysprosium, dan terbium yang digunakan dalam pembuatan mobil listrik, turbin angin, dan semikonduktor.
Negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman mulai panik mencari alternatif pasokan. Bahkan Amerika Serikat menyatakan kekhawatiran atas stabilitas industri teknologi tinggi dan pertahanan nasionalnya akibat ketergantungan terhadap China.
Posisi Indonesia dalam Rantai Pasok Mineral Langka
Indonesia bukan produsen utama rare earth, tapi punya potensi besar sebagai pemain baru. Cadangan monasit dan xenotim (bahan baku rare earth) tersebar di Bangka Belitung, Kalimantan, dan Sulawesi.
Selama ini, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan teknologi pemurnian dan kebijakan ekspor yang masih fokus pada nikel dan bauksit.
Namun kini, pemerintah mulai membuka peluang hilirisasi rare earth elements (REE) untuk memasuki pasar global yang sedang kosong.
Potensi dan Tantangan Ekspor Rare Earth dari Indonesia
Menurut Badan Geologi, Indonesia memiliki potensi sekitar 500 ribu ton monasit dan 60 ribu ton xenotim yang dapat diekstraksi menjadi rare earth. Namun untuk menembus pasar global, ada sejumlah tantangan besar:
-
Teknologi pemisahan dan pemurnian yang masih minim
-
Kurangnya industri hilir lokal yang menyerap REE
-
Ketatnya regulasi lingkungan terkait limbah radioaktif dari proses ekstraksi
Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan investasi teknologi dan kerja sama strategis dengan mitra asing seperti Jepang, Korea Selatan, atau Australia.
Strategi Pemerintah RI Hadapi Kekosongan Pasar
Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan BKPM tengah menyiapkan peta jalan pengembangan ekspor rare earth Indonesia. Beberapa langkah yang disiapkan antara lain:
-
Pembentukan konsorsium BUMN dan swasta untuk eksplorasi REE
-
Insentif fiskal untuk investasi smelter REE
-
Regulasi khusus untuk pengelolaan limbah radioaktif
-
Pembukaan jalur diplomasi perdagangan ke negara-negara pengimpor
Langkah cepat ini diambil untuk mengisi celah yang ditinggalkan oleh China di pasar global.
Analisis: Apakah Indonesia Siap Gantikan China?
Meski peluangnya besar, Indonesia masih jauh dari kapasitas produksi dan pengolahan seperti China. Dibutuhkan waktu, teknologi, dan konsistensi kebijakan agar Indonesia benar-benar menjadi pemain kunci di pasar rare earth global.
Namun, keputusan China menghentikan ekspor bisa menjadi momen langka bagi Indonesia untuk bangkit dan mendiversifikasi portofolio ekspor mineral strategis. Jika berhasil, ini bisa menjadi lompatan besar dalam strategi hilirisasi nasional.
Respon Investor dan Pasar Global
Keputusan China untuk menghentikan ekspor rare earth langsung mengguncang bursa logam dunia. Harga beberapa logam tanah jarang melonjak antara 18% hingga 35% hanya dalam dua pekan terakhir. Investor mulai memburu saham emiten tambang yang berpotensi terlibat dalam komoditas ini.
Dalam konteks Indonesia, beberapa analis menyebut bahwa perusahaan seperti ANTM, INCO, hingga beberapa pemain baru di sektor tambang logam non-ferro berpeluang menjadi pengisi celah global tersebut. Namun, hal ini membutuhkan kepastian kebijakan pemerintah dan roadmap yang jelas.
Rare Earth Indonesia pun menjadi perbincangan di kalangan investor asing, terutama dari Jepang dan Uni Eropa yang sangat terdampak oleh kebijakan China.
Langkah Konkret BUMN Tambang RI
Menanggapi peluang ini, BUMN pertambangan seperti MIND ID telah mulai melakukan studi kelayakan untuk eksplorasi rare earth Indonesia di Kalimantan Barat dan Bangka Belitung. Langkah awal mencakup:
-
Kerja sama riset dengan BRIN dan lembaga asing dalam pemisahan logam tanah jarang
-
Rencana pembangunan pabrik pilot skala kecil untuk pengolahan xenotim
-
Audit lingkungan untuk memastikan kepatuhan pada standar internasional
Pemerintah juga mewacanakan penerbitan Peraturan Presiden khusus tentang hilirisasi rare earth, guna memberikan kepastian hukum dan fiskal bagi investor.
Di tengah guncangan rantai pasok global, peluang bagi Indonesia terbuka lebar. Rare earth bukan sekadar komoditas, melainkan instrumen strategis masa depan. Kini saatnya Indonesia membuktikan kapasitasnya sebagai pemain utama, bukan hanya penonton.
Terus ikuti perkembangan kebijakan, industri, dan geopolitik global hanya di BNMNews – Suara Cerdas Ekonomi dan Energi Indonesia.
Last Updated on 7 Juli 2025 by BNM News