Pasar modal Indonesia sedang memasuki fase transisi besar menuju tahun 2026. Setelah bertahun-tahun bergantung pada sektor energi, komoditas, dan perbankan, kini arah investasi nasional mulai bergeser ke sektor-sektor baru yang lebih inovatif, digital, dan berkelanjutan.
Perubahan ini mencerminkan dinamika ekonomi global dan strategi nasional dalam menghadapi era pasca-pandemi, transformasi hijau, serta revolusi industri 4.0.
Melalui artikel ini, BNMNews membahas lima tren pasar modal Indonesia yang diprediksi akan membentuk lanskap investasi dua tahun ke depan — mulai dari transisi energi hingga munculnya ekonomi kreatif digital.
Transisi Energi dan Investasi Berbasis ESG
Tren pertama yang paling menonjol dalam tren pasar modal Indonesia adalah pergeseran fokus investasi dari energi fosil menuju energi terbarukan.
Perusahaan-perusahaan yang berkomitmen pada prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) kini mulai mendapatkan perhatian besar dari investor domestik maupun global.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kapitalisasi saham emiten yang berfokus pada energi bersih meningkat lebih dari 30% selama dua tahun terakhir. Pemerintah juga memperkuat komitmennya melalui kebijakan Net Zero Emission 2060 dan pendirian Indonesia Carbon Exchange (ICX) pada 2025.
Kondisi ini membuat sektor energi hijau — seperti tenaga surya, biomassa, dan hidrogen — menjadi primadona baru di bursa.
Investor mulai memandang transisi energi bukan hanya sebagai kewajiban moral, tetapi juga sebagai peluang ekonomi jangka panjang yang menjanjikan.
🔗 Baca Juga: Financial Inclusion 2026: Misi Besar Pasar Modal untuk UMKM
Kuatnya Peran Teknologi Finansial dan Digitalisasi Bursa
Salah satu indikator paling signifikan dari tren pasar modal Indonesia adalah percepatan digitalisasi sistem perdagangan dan layanan keuangan.
Kehadiran platform investasi ritel seperti Bareksa, Ajaib, dan Bibit telah memperluas partisipasi masyarakat dalam pasar modal.
Jumlah investor ritel meningkat pesat, terutama dari kalangan muda berusia 18–30 tahun yang kini mendominasi lebih dari 60% total investor aktif di BEI.
Selain itu, teknologi seperti blockchain, AI trading bots, dan data analytics mulai diadopsi oleh perusahaan sekuritas untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.
Integrasi sistem e-KYC (Know Your Customer), API trading, dan analitik perilaku investor memperkuat kepercayaan publik terhadap pasar modal nasional.
Digitalisasi ini bukan hanya mempercepat transaksi, tetapi juga memperluas inklusi finansial — menjadikan tren pasar modal indonesia lebih terbuka, adaptif, dan kompetitif.
Pergeseran dari Sektor Energi ke Ekonomi Kreatif dan Teknologi
Tren ketiga menunjukkan pergeseran fokus investasi menuju sektor ekonomi kreatif dan teknologi digital.
Sektor energi tetap penting, namun minat investor kini juga tertuju pada perusahaan di bidang gaming, entertainment, startup teknologi, dan digital content.
Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memperkirakan kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB akan mencapai 10% pada 2026.
Sementara itu, beberapa perusahaan teknologi lokal diproyeksikan akan melakukan Initial Public Offering (IPO), memperluas komposisi sektor non-tradisional di bursa efek.
Pergeseran ini menandai fase baru tren pasar modal Indonesia, di mana ekonomi berbasis ide dan inovasi mulai mendapatkan nilai setara dengan komoditas konvensional.
Investor tidak hanya melihat neraca keuangan, tetapi juga potensi intelektual, kreativitas, dan model bisnis digital yang berkelanjutan.
Kenaikan Minat Investor Asing terhadap Sektor Infrastruktur dan Manufaktur
Stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang solid, dan program hilirisasi industri menjadikan Indonesia salah satu tujuan utama investasi asing di Asia Tenggara.
Dalam tren pasar modal Indonesia, investor global semakin tertarik pada proyek-proyek strategis nasional seperti Tol Laut, Kawasan Industri Hijau Kalimantan, dan pengembangan EV Battery Ecosystem.
Masuknya modal asing ke sektor manufaktur dan infrastruktur bukan hanya memperkuat nilai tukar rupiah, tetapi juga memperdalam likuiditas pasar modal.
Selain itu, kehadiran Sovereign Wealth Fund Indonesia (INA) memberi sinyal positif terhadap stabilitas jangka panjang dan kesiapan negara dalam mengelola investasi berkelanjutan.
Peningkatan aliran dana asing ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap potensi ekonomi nasional.
Dengan kebijakan fiskal yang terjaga dan komitmen terhadap pembangunan hijau, sektor infrastruktur menjadi fondasi strategis bagi pertumbuhan pasar modal ke depan.
Diversifikasi Produk Investasi dan Peningkatan Literasi Finansial
Faktor terakhir dalam tren pasar modal Indonesia adalah meningkatnya variasi produk investasi dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perencanaan keuangan.
Instrumen seperti Exchange-Traded Fund (ETF), green bonds, dan sharia securities semakin populer di kalangan investor individu.
Pemerintah dan OJK juga terus memperluas program literasi keuangan melalui kampanye Yuk Nabung Saham dan Satu Investor Satu Rekening.
Dampaknya terasa signifikan: pertumbuhan jumlah investor baru mencapai rekor tertinggi pada 2025, dengan lonjakan lebih dari 15% per tahun.
Diversifikasi ini membuat pasar modal Indonesia lebih tangguh terhadap gejolak eksternal.
Dengan semakin banyaknya alternatif produk keuangan, investor kini memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan profil risiko sekaligus berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
Memasuki tahun 2026, arah tren pasar modal Indonesia mencerminkan transisi ekonomi yang lebih matang, inklusif, dan berkelanjutan.
Lima faktor utama — transisi energi hijau, digitalisasi sistem keuangan, pergeseran ke ekonomi kreatif, minat investor asing, dan diversifikasi instrumen — menjadi fondasi bagi masa depan pasar modal nasional.
Ke depan, tantangan terbesar bukan hanya menjaga stabilitas, tetapi juga memastikan bahwa inovasi, regulasi, dan edukasi berjalan seiring.
Dengan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, pasar modal Indonesia berpotensi menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi nasional dalam dekade digital yang akan datang.
Last Updated on 17 Oktober 2025 by BNM News