pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I 2025 Cuma 4,87%! Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I 2025 Cuma 4,87%! Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87% secara tahunan (year-on-year). Angka ini menjadi yang terendah sejak kuartal III 2021, mencerminkan tekanan yang dihadapi oleh berbagai sektor ekonomi nasional. Meskipun Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan positif, perlambatan ini memunculkan kekhawatiran di tengah target pertumbuhan tahunan yang dipatok pemerintah sebesar 5,2%.


Apa Penyebab Perlambatan Ini?

Beberapa faktor utama penyebab perlambatan ini antara lain melemahnya konsumsi rumah tangga, investasi yang melambat, serta kontraksi belanja pemerintah. Selain itu, tekanan dari ketidakpastian global dan kondisi geopolitik seperti konflik di Timur Tengah dan perang dagang turut mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.


Konsumsi Rumah Tangga Lesu

Konsumsi rumah tangga tumbuh hanya 4,89%, meskipun periode kuartal I biasanya diuntungkan oleh momen Ramadan. Kenaikan harga pangan, penundaan belanja masyarakat, serta naiknya suku bunga kredit konsumtif menjadi penyebab utama lesunya konsumsi. Hal ini mengkhawatirkan karena konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari setengah struktur Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.


Investasi dan PMTB yang Tidak Bergairah

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), indikator utama dari investasi, hanya tumbuh 2,12% pada kuartal I 2025. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kecenderungan investor yang menunda ekspansi bisnis menandakan adanya ketidakpastian terhadap arah kebijakan ekonomi pascapemilu. Hal ini berpotensi menekan penciptaan lapangan kerja dan konsumsi domestik di kuartal-kuartal berikutnya.


Sektor yang Tetap Tumbuh

Meskipun pertumbuhan ekonomi melambat secara umum, masih ada sektor-sektor yang menunjukkan kinerja positif:

  • Pertanian tumbuh signifikan sebesar 10,52%, ditopang oleh panen raya, harga komoditas stabil, serta curah hujan yang mendukung hasil produksi pangan strategis.

  • Transportasi dan pergudangan mencatat pertumbuhan 9,58%, mencerminkan meningkatnya mobilitas masyarakat dan aktivitas logistik pascapandemi.

  • Industri pengolahan tumbuh 4,55%, tetap menjadi penopang utama struktur ekonomi meskipun melambat dibanding kuartal sebelumnya.

Pemerintah dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengakselerasi program ketahanan pangan nasional, serta memperluas investasi di sektor logistik dan industri pengolahan berbasis ekspor.


Perbandingan dengan Negara Lain

Jika dibandingkan dengan beberapa negara mitra dagang utama, posisi Indonesia masih kompetitif:

  • Malaysia: 4,4%

  • Singapura: 3,8%

  • Amerika Serikat: 2%

  • Korea Selatan: -0,1%

Namun Indonesia masih tertinggal dari negara seperti Vietnam yang mencatat pertumbuhan 6,9%, dan China yang tumbuh 5,4%. Ini menjadi sinyal bahwa reformasi struktural dan peningkatan daya saing ekspor perlu terus dilakukan agar Indonesia tidak tertinggal di kawasan.


Apa Strategi Pemerintah ke Depan?

Pemerintah menargetkan percepatan belanja negara di kuartal II 2025 melalui beberapa pendekatan:

  1. Realisasi proyek infrastruktur dipercepat, terutama yang berhubungan dengan transportasi, energi, dan digitalisasi.

  2. Insentif fiskal diberikan kepada pelaku UMKM dan industri padat karya untuk mendorong produksi dan penyerapan tenaga kerja.

  3. Kebijakan moneter akomodatif tetap dijaga oleh Bank Indonesia agar mendorong konsumsi rumah tangga dan investasi, tanpa mengorbankan stabilitas inflasi.

Harapannya, dengan sinergi antara stimulus fiskal dan kebijakan moneter yang konsisten, pertumbuhan ekonomi bisa rebound ke atas 5% di kuartal berikutnya.


Catatan Penting bagi Investor dan Pelaku Usaha

Meskipun pertumbuhan ekonomi melambat, ini bukan saatnya pesimis. Justru di tengah perlambatan seperti ini, ada peluang untuk:

  • Investasi di sektor produktif seperti pangan, energi, dan logistik.

  • Diversifikasi pasar ekspor, terutama ke negara-negara Asia Selatan dan Afrika.

  • Pemanfaatan insentif pemerintah untuk ekspansi atau digitalisasi usaha.

Pelaku usaha perlu tetap optimis namun hati-hati dalam membaca arah kebijakan dan dinamika global yang akan mempengaruhi kuartal-kuartal selanjutnya.


Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2025 memang melambat, namun fondasi perekonomian tetap terjaga. Pemerintah memiliki ruang untuk mempercepat stimulus melalui APBN dan memperkuat sektor riil agar perekonomian kembali pulih ke level yang lebih ideal.

Dengan pengelolaan fiskal yang tepat, stabilitas politik yang terjaga, dan kepercayaan publik yang diperkuat, Indonesia masih punya potensi kuat untuk keluar dari tekanan ini dan mencapai target pertumbuhan tahunan.

BNM News | Aktual, Tajam, Terpercaya

Last Updated on 6 May 2025 by BNM News